Rabu, 14 Desember 2011

Mendaki Gunung Merapi Pada Malam Suro

Mendaki Gunung Merapi pada malam suro biasa dilakukan oleh para pendaki Indonesia maupun wisatawan manca Negara. Namun akan berbeda bila hal itu dilakukan pada malam Suro atau 1 Muharam 1433 Hijriah. Kemarin dilaporkan ada kurang lebih 400an orang pendaki naik Gunung Merapi melalui pintu pendakian di Desa Lencoh, Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Para pendaki yang dari berbagai daerah di Jawa itu, memadati pintu pendakian di Plalangan, Lencoh, Selo.
Kebanyakan orang mendaki Gunung Merapi melalui jalur utara atau Selo. Biasanya berangkat dari Selo sekitar tengah malam atau menjelang pagi yang memakan waktu selama 4-5 jam perjalanan. Di Selo, persediaan air harus dicukupi, karena dalam perjalanan menuju puncak sudah tidak ada mata air. Jalan setapak dari Selo terus menanjak dan akan ditemui Hutan Pinus, setelah perjalanan 2 jam akan tiba diperbatasan hutan dan daerah berpasir. Dari sini berjalan langsung ke puncak Garuda selama kurang lebih 1 jam. Turun dari puncak Garuda sampai desa Selo memakan waktu 4 jam.Posisi Plalangan Desa Lencoh Selo berada di ketinggian 1.600m dpl, sementara puncak Merapi ada di ketinggian 2.968m dpl.
 Menurut anggota Tim SAR “Barameru” Desa Lencoh, Samsuri, di Boyolali, Minggu 27 Nopember 2011, jumlah pendaki tersebut mengalami peningkatan hampir empat kalinya dibanding pekan sebelumnya. Selain itu, kondisi cuaca di kawasan Merapi juga sangat mendukung dan cerah sekali, apalagi bersamaan malam Suro atau tahun barunya orang Jawa untuk menjalani prihatin.
Para pendaki datang dari berbagai daerah antara lain Solo, Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan Jakarta. Bahkan, wisatawan asing juga ada yang mendaki ke puncak Merapi. Mereka dihimbau untuk melaporkan identitas ke petugas di base camp Plalangan. Pihak berwenang juga selalu memantau kondisi di jalur pendakian Merapi.
Selain pendaki lokal wisatawan asing juga ada yang hadir dalam pendakian tersebut. Pendaki dari asing hampir setiap hari ada, mereka sangat menikmati keunikan Gunung Merapi yang terletak di antara Provinsi Jateng dan Yogyakarta itu. Seperti biasa sebelum mendaki, semua orang selalu diingatkan untuk ‘menyatu dengan alam’: Dilarang mengambil apapun, kecuali gambar dilarang meninggalkan apapun, kecuali jejak dilarang membunuh apapun, kecuali membunuh waktu.
Ketika mulai melangkahkan kaki untuk mendaki harus hati-hati karena jalannya naik terus, terjal, curam. Awalnya, jalanannya masih dari tanah, lalu pada ketinggian 2000m dpl, jalannya mulai berbatu-batu. Kadang-kadang sering ada tiupan angin kencang dan turun kabut tebal sekali, jarak pandang kita cuma beberapa meter saja.
 Pendaki mulai melakukan pendakian ke puncak dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB. Mereka melakukan pendakian dini hari, karena setibanya di puncak mereka dapat menikmati keindahan alam dan Matahari terbit. Setelah jalan beberapa saat, akan sampai juga di daerah ‘pasar Brubah’. Biasanya orang-orang mendirikan tenda sambil menunggu kabut menipis. Disini dingin sekali, suhunya bisa mencapai 10ÂșC. Untuk naik ke puncak Garuda dapat ditempuh dengan perjalanan selama 45 menit. Jalannya berbatu-batu kasar dan curam. Harus hati-hati karena bisa terjatuh. Biasanya ada belerang naik untuk itu siap-siap dengan slayer dan air, berguna untuk jaga-jaga kalau kadar belerang tinggi.
 Pendakian Gunung Merapi ini sangat disukai oleh para pendaki lokal dan lebih-lebih wisatawan asing. Froncois wisatawan asal Prancis, menjelaskan, bahwa dirinya melakukan pendakian ke Merapi tersebut, sudah 15 kali sejak pertama datang pada tahun 2000 yang lalu. Dia tidak pernah merasa bosan mendaki Merapi, karena gunung itu sangat unik termasuk masyarakatnya, yang sangat dekat dengan aktivitas Merapi. Setiap kali ia melakukan pendakian suasananya selalu berbeda dan di ‘Pasar Bubar’ kelihatan ada energi yang menarik dari dalam bumi. Hal itulah yang menjadi sangat unik dan berbeda dibanding gunung-gunung lain di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar